Dorong Triple Eliminasi, Dosen UNISA Bandung Latih Kader WPA Cegah Penularan HIV

BISNISTIME.COM, BANDUNG (unisa-bandung.ac.id) -- Sebagai respons terhadap rendahnya cakupan skrining HIV, sifilis, dan hepatitis B pada ibu hamil di Kota Bandung, Dosen Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Bandung, Reynie Purnama Raya, S.KM., M.Epid., berkolaborasi dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung menginisiasi kegiatan pelatihan bagi kader Warga Peduli AIDS (WPA) tingkat kecamatan.
Kegiatan ini bertempat di Kampus 2 dan dihadiri langsung oleh istri Wali Kota Bandung, Aryati Benarto, pada Rabu (29/07/2025).
Aryati Benarto pada kesempatan tersebut memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan pelatihan serta menyampaikan pentingnya peran kader sebagai garda terdepan dalam pelaksanaan program P2HIV di masyarakat.
“Mudah-mudahan kegiatan peningkatan kapasitas pada kader WPA kecamatan terkait homecare atau perawatan pendukung dapat berjalan lancar dan menghasilkan dampak yang baik bagi para kader forum WPA kecamatan sebagai garda terdepan pelaksana program P2HIV di Kota Bandung,” ujarnya.
Reynie menuturkan bahwa kegiatan pelatihan tersebut digagas sebagai respons atas masih rendahnya cakupan skrining HIV, sifilis, dan hepatitis B pada ibu hamil di Kota Bandung, yang merupakan bagian dari fokus Program Triple Eliminasi.
Ia juga mengatakan bahwa Kota Bandung tercatat memiliki jumlah kasus HIV tertinggi di Jawa Barat. Melihat urgensi tersebut, dirinya mendorong keterlibatan aktif masyarakat melalui penguatan peran kader.
“Kader WPA adalah kekuatan sosial yang bisa menjangkau langsung ibu hamil dan ODHIV, serta sangat strategis dalam mendukung keberhasilan Triple Eliminasi,” terang Reynie, Sabtu (02/08/2025).
Reynie menjelaskan bahwa Program Triple Eliminasi merupakan kebijakan nasional berdasarkan Permenkes No. 52 Tahun 2017, yang menargetkan eliminasi penularan HIV, sifilis, dan hepatitis B dari ibu ke anak.
“Deteksi dini dilakukan melalui integrasi layanan skrining di fasilitas kesehatan, terutama pada kunjungan pertama ibu hamil. Pemerintah juga menyediakan fasilitas pemeriksaan gratis di puskesmas, serta pengobatan lanjutan bagi ibu dan bayi jika hasil skrining menunjukkan hasil positif,” terangnya.
Selain itu, menurutnya, pemilihan kader WPA sebagai sasaran pelatihan bukan tanpa alasan. Selain merupakan bagian dari komunitas dan telah dipercaya oleh masyarakat, para kader juga dinilai mampu menjadi jembatan antara fasilitas kesehatan dan kelompok rentan.
“Mereka berperan dalam mendampingi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, mengedukasi masyarakat, serta menjaga kesinambungan program bahkan setelah pelatihan selesai. Dengan pengetahuan dan kepercayaan yang sudah mereka miliki, kader bisa jadi agen perubahan yang mendorong keterlibatan masyarakat secara berkelanjutan," pungkasnya.
Pada kesempatan tersebut, materi pelatihan yang disampaikan meliputi edukasi terkait penularan dan pencegahan HIV, sifilis, dan hepatitis B, serta pendekatan homecare bagi ODHIV. Kegiatan ini merupakan kolaborasi pentaheliks yang digagas oleh KPA Kota Bandung. [ ]
Dok foto: Unisa Bandung